Editors Choice

3/recent/post-list

Ad Code

Responsive Advertisement
3/related/default
Design by - Blogger Templates | Distributed by Free Blogger Templates

Comments

4/comments/show

Most Popular

Sejarah Watusalam



 SEJARAH DESA WATUSALAM

KECAMATAN BUARAN KABUPATEN PEKALONGAN


            Watusalam adalah salah satu desa yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Buaran Kabupaten Pekalongan Jawa Tengah, letak geografis Desa Watusalam sendiri berbatasan dengan :
Ø Sebelah Utara                     : Kelurahan Kertoharjo Kota Pekalongan
Ø Sebelah Selatan                  : Desa Pegandon Kecamatan Karangdadap
Ø Sebelah Barat                      : Desa Pakumbulan Kecamatan Buaran
Ø Sebelah Timur                     : Kecamatan Warungasem Kabupaten Batang
Desa Watusalam terletak pada perbatasan antara Kabupaten Pekalongan – Kabupaten Batang – dan Kota Pekalongan, yang mayoritas penduduknya beragama Islam, masyarakat Desa Watusalam masih menjunjung tinggi adat istiadat, masyarakat setempat sangat kental dengan Islam.
Di Desa Watusalam terdapat salah satu Makam seorang tokoh yang dianggap oleh penduduk Desa Watusalam adalah Penyebar dan penyiar Agama Islam, yaitu Mbah Wali Mandung dan Mbah Syeikh Husein.
Keberadaan Makam tersebut sampai sekarang masih dikeramatkan dan kerap didatangi para peziarah dari luar daerah Desa Watusalam, sampai sampai sebelum terkenal dengan sebutan Desa Watusalam, Desa Watusalam terkenal dengan sebutan Kemandungan.
            Selain itu Desa Watusalam juga memiliki sejarah terbentuknya desa yang sangat menarik, sejarah terbentuknya Desa Watusalam bermula dari penggabungan antara 2 (dua) Desa yang berbeda Kecamatan yaitu Desa Watujoyo yang dahulu termasuk Desa Kertoharjo Kecamatan Buaran dan Desa Wonosalam yang termasuk dalam Desa Pegandon yang dahulu Kecamatan Kedungwuni, yang pada saat itu kedua desa tersebut dipimpin oleh Kepala Desa H. Abdullah untuk Desa Watujoyo dan Desa Wonosalam yang dipimpin oleh Tardan Joyo.
            Penggabungan kedua desa tersebut pada saat itu dilatarbelakangi oleh kesepakatan kedua desa dan pemerintah kolonial belanda, sebab letak kedua wilayah desa tersebut berdampingan namun berbeda kecamatan, kemudian kedua desa tersebut dijadikan satu menjadi sebuah desa yang bernama Watusalam.
            Nama Desa Watusalam diambil dari penggalan nama kedua desa antara Watujoyo dan Wonosalam, yang berasal dari kata Watu (batu) yang diambil dari Watujoyo karena di Desa Watujoyo terdapat dua batu keramat yang sampai sekarang salah satu batu tersebut dikurung kandang besi dihalaman Kelurahan Kertoharjo dan yang satunya berada rumah salah satu warga Watujoyo, yang konon ceritanya apabila batu tersebut dibuang jauh, keesokan harinya sudah berada disitu kembali, serta pengambilan kata Salam berasal dari Desa Wonosalam karena terdapat alas salam (hutan salam).
Setelah penggabungan dua wilayah tersebut kemudian terbentuklah Desa Watusalam yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Buaran.
Pemerintahan Desa Watusalam dipimpin oleh Kepala Desa pertama yaitu Ahmad Dahlan yang menjabat pada tahun 1926 Masehi, pada saat itu Ahmad dahlan diangkat sebagai Kepala Desa pertama yang diangkat oleh penggabungan dua desa tersebut pada masa pemerintahan kolonial belanda,
Amad Dahlan menjabat sebagai Kepala Desa sampai dengan zaman pendudukan jepang, dan beliau meninggal setelah merdeka pada tahun 1965.
            Setelah kemerdekaan Republik Indonesia di Proklamasikan, Kepala Desa Ahmad Dahlan digantikan oleh Suldi Tardan melalui pemilihan dan secara sah Suldi Tardan menjabat sebagai Kepala Desa dengan Surat Keterangan Kepala Desa dari Pemerintah Republik Indonesia, namun pada saat kolonial belanda datang kembali ke Indonesia yang disebut dengan Agresi Militer Belanda I pada 21 Juli 1947, terjadi kemelut dalam Pemerintahan Republik Indonesia dan berdampak ke daerah-daerah di Jawa dan Sumatera sehingga pada Agustus 1947 pemerintah – pemerintah baik kadipaten, kecamatan, maupun desa diambil alih oleh Belanda.
Hal tersebut berdampak pula bagi Desa Watusalam, Kepala Desa yang saat itu adalah Suldi Tardan kemudian digantikan dengan penunjukan oleh kolonial belanda kepada Absori yang menggantikan Suldi Tardan sebagai Kepala Desa Watusalam, pada waktu itu Absori dijuluki oleh masyarakat Desa Watusalam dengan nama Rikumba.
Pergantian Kepala Desa yang dilakukan oleh Belanda, menjadikan Suldi Tardan merasa terancam, Suldi Tardan kemudian mengungsi ke wilayah eks Karisidenan Banyumas mengikuti rombongan pasukan Bung Tomo.
            Setelah keadaan di Desa Watusalam aman dari Belanda, Suldi Tardan kembali ke Desa Watusalam, dengan kembalinya Suldi Tardan ke Desa Watusalam, timbul kemelut antara masyarakat pendukung Suldi Tardan yang tidak menerima kepemimpinan Kepala Desa Rikumba.
Suldi Tardan kembali ke Desa Watusalam dengan kondisi pada saat itu Suldi Tardan masih memiliki Surat Keterangan Kepala Desa dari Pemerintah Republik Indonesia, dan Kepala Desa Rikumba masih menjabat sebagai Kepala Desa Watusalam, hal tersebut menjadikan Desa Watusalam memiliki dua Kepala Desa.
Berdasarkan keadaan tersebut, Kecamatan pada saat itu sudah digantikan oleh Camat Republik Indonesia, mengambil keputusan untuk mengadakan pemilihan ulang Kepala Desa.
            Pemilihan Kepala Desa pada waktu itu menggunakan cara yang unik dan menarik, jika pada umumnya pemilihan Kepala Desa menggunakan sistem pemilihan, lain halnya dengan pemilihan Kepala Desa Watusalam pada waktu itu.
Untuk menentukan siapa yang akan menjadi Kepala Desa Watusalam semua warga masyarakat Desa Watusalam dikumpulkan, kemudian diminta untuk berjongkok didepan Kedua Kepala Desa tersebut, jumlah banyaknya warga masyarakat yang berjongkok didepan salah satu Kepala Desa tersebut berarti dialah pemenang dalam pemilihan Kepala Desa, pemenang dalam pemilihan Kepala Desa tersebut adalah Suldi Tardan.
            Pada tanggal 20 Agustus 1973 Suldi Tardan meninggal dunia dan jabatan sebagai Kepala Desa digantikan oleh Koesnaeni sebagai Pejabat Sementara (PJS) yang ditunjuk langsung oleh Pemerintahan Presiden Soeharto.
Penunjukan sebagai PJS Kepala Desa dilatarbelakangi oleh kepentingan Politik, sebab Koesnaeni adalah Anggota Militer yang telah diketahui semua orang bahwa pada masa Pemerintahan Presiden Soeharto, Pemerintah Indonesia dikuasai oleh Partai Golkar, oleh karena itu setiap pejabat negara maupun perangkat desa harus berasal dari Partai Golkar, dan harus masuk kedalam Partai Golkar bila ingin menjabat di Pemerintahan pada waktu itu.
Koesnaeni menjabat sebagai PJS Kepala Desa Watusalam terbilang masa jabatan yang sangat lama.
            Setelah turunnya Koesnaeni dari kursi jabatan PJS Kepala Desa pada tahun 1985, kemudian digantikan oleh Kepala Desa yang bernama Nawawi yang menjabat Kepala Desa pada Tahun 1987 melalui proses pemilihan, dan ditunjuk oleh Pimpinan Kabupaten yang bernama Bakhrul Alam untuk menjadi Kepala Desa Watusalam periode 1987 s/d 1997.
            Setelah masa jabatan Nawawi usai, digantikan oleh Fauzi Rahman yang menjabat Kepala Desa Watusalam selama kurang dari 2 (dua) tahun karena meninggal dunia, dan dilakukan pemilihan Kepala Desa Watusalam pada tahun 2002 dan yang terpilih menjadi Kepala Desa Watuslam adalah Abdul Wachid (menantu dari PJS Kepala Desa Koesnaeni) sampai dengan tahun 2012.
            Setelah jabatan Kepala Desa Abdul Wachid usai, digantikan dengan Hawin Munawir (putera dari mantan Kepala Desa Nawawi) dengan masa bakti jabatan 2012 s/d 2018.
Dalam menjabat Kepala Desa terdapat perbedaan pada masa orde baru, orde lama dan mas reformasi, bila pada masa sekarang, masa jabatan ditentukan oleh tahun jabatan, namun pada orde lama tidak terdapat masa bakti atau jabatan, melainkan dengan meninggalnya atau sesuai dengan keputusan pemerintah maupun Kepala Desa yang menjabat, pada akhir orde baru terdapat batasan waktu masa jabatan Kepala Desa yaitu 10 tahun (diatas tahun 1987 – 1997)
            Banyak yang perlu digali dalam pengangkatan sejarah lokal, dengan adanya sejarahwan yang peduli terhadap kehidupan masyarakat kecil yang jauh dari sejarah besar.
Informasi ini didapat dari berbagai narasumber atau informan yang sangat terpercaya, karena narasumber tersebut sebagai salah satu sesepuh di Desa Watusalam.
Kami ucapkan terimakasih kepada semua yang membantu terlibat dalam penyusunan sejarah ini, diharapkan dengan adanya tulisan mengenai sejarah Desa Watusalam banyak dari masyarakat luas, khususnya masyarakat Desa Watusalam dapat mengetahui dan memahami sejarah Desa Watusalam sehingga tidak ada masyarakat yang lupa sejarah.


Data Narasumber :

  1. Nama : H.Sukarlin Tahuri umur 69 tahun sebagai cucu dari Kepala Desa kedua dan cicit dari Kepala Desa Wonosalam Tardan Joyo
  2. Nama: Bpk Muradi umur 85 tahun Keturunan dari Kepala Desa Watujoyo
  3. Nama : Bapak Sahur Ahmad Dahlan Umur 74 tahun Putra dari Kepala Desa pertama Desa Watusalam
  4. Nama H.Muhamad Akib umur 66tahun cucu dari dari Ahmad Dahlan Kepala Desa Pertama Desa Watusalam sekaligus sebagai carik (1975)pada masa PJS Kepala Desa ( Bpk Koesnaeni hingga November 2012
SEJARAH DESA WATUSALAM

Posting Komentar

0 Komentar